About Me

header ads

Pemecahan konflik perceraian

Assalamualaikum dan salam sejahtera. Kali ni kawe ingin berkongsi petikan yang bagus untuk kita pelajari sebagai tauladan buat kita semua.. Kawe petik dari Ad-Da’wah, edisi 1318, Syaikh Ibnu Baz


Seorang hamba Allah bertanyakan soalan kepada Ustaz, Islam tidak menetapkan talak kecuali sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi rumah tangga. Islam telah menetapkan langkah-langkah pendahuluan sebelum memilih talak. Kami mohon Syaikh berkenan membahas tentang cara-cara penyelesaian yang digariskan Islam untuk mengatasi perselisihan antara suami istri sebelum memilih talak (bercerai).


Jawapan:

Allah telah mensyariatkan sentiasa berbaik-baik antara suami isteri dan mencari kaedah terbaik yang dapat menyatukan mereka kembali dan menghindari akibat kesan buruk perceraian. Di antaranya adalah pemberian nasihat, tidur berasingan dan pukulan yang ringan jika nasihat dan pisah ranjang tidak berhasil, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,

“..Allah telah mensyariatkan perbaikan antara suami istri dan menempuh cara-cara yang dapat menyatukan mereka kembali dan menghindari akibat buruk perceraian. Di antaranya adalah pemberian nasihat, pisah ranjang dan pukulan yang ringan jika nasihat dan pisah ranjang tidak berhasil, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah” (An-Nisa’:34).

Jika cara tersebut tidak berhasil juga, maka masing-masing suami dan isteri mengutus orang tengah dari keluarga masing-masing ketika terjadi persengketaan antara keduanya. Kedua orang tengah ini bertugas mencari jalan perdamaian bagi sepasang suami isteri tersebut, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah azza wa jalla,

“Setelah cara itu, jika tidak berhasil juga, maka masing-masing suami dan istri mengutus hakim (penengah) dari keluarga masing-masing saat terjadi persengketaan antara keduanya. Kedua hakim ini bertugas mencari solusi perdamaian bagi sepasang suami istri tersebut, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah azza wa jalla” (An-Nisa’:35).

Jika cara-cara tadi telah dilalui namun masih tiada jalan penyelesaian, sementara perselisihan terus berlanjut, maka Allah mensyariatkan bagi suami untuk mentalak (isterinya), jika penyebabnya berasal darinya, dan mensyariatkan bagi isteri unutk menebus dirinya dengan harta jika suaminya tidak menceraikannya jika sebabnya berasal darinya, berdasarkan firman Allah azza wa jalla,

“Jika cara-cara tadi telah ditempuh namun perdamaian tidak kunjung terjadi, sementara perselisihan terus berlanjut, maka Allah mensyariatkan bagi suami untuk mentalak (istrinya), jika penyebabnya berasal darinya, dan mensyariatkan bagi istri unutk menebus dirinya dengan harta jika suaminya tidak menceraikannya jika sebabnya berasal darinya, berdasarkan firman Allah azza wa jalla” (Al-Baqarah: 229).

Karena bercerai dengan cara yang baik adalah lebih baik daripada terus menerus dalam perselisihan dan persengketaan sehingga tidak tercapainya maksud-maksud pernikahan yang telah ditetapkan oleh syari’at.

Firman Allah SWT,

“Karena bercerai dengan cara yang baik adalah lebh baik daripada terus menerus dalam perselisihan dan persengketaan sehingga tidak tercapainya maksud-maksud pernikahan yang telah ditetapkan oleh syari’at” (An-Nisa’:130).

Benarlah apa yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW ,bahawa ketika istri Tsabit bin Qais Al-Anshari menyatakan tidak bisa melanjutkan rumah tangga dengannya karana tiak mencintainya (walaupun Tsabit merupakan seorang yang solleh dan beriman), dan ia bersedia menyerahkan kembali kebun kepadaya yang dulu dijadikan mahar pernikahannya, beliau menyuruh Tsabit untuk menceraikannya, maka Tsabit pun melaksanakannya. Demikian sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab shahihnya. Hanya Allahlah pemberi petunjuk. Semoga selawat dan salam dilimpahkan atas Nabi kita Muhammad, semua keluarga dan para sahabatnya.



HUKUM TALAQ

Hukum menjatuhkan talaq pada asalnya diharuskan dalam Islam, tetapi ia akan berubah menjadi:

1. Wajib: Setelah rumahtangga itu gagal diperbaiki dengan keputusan hakim atau suami telah bersumpah untuk menceraikan isterinya.

2. Haram: Menceraikan isteri semasa isteri di dalam waktu haidh atau ketika suci tetapi baru disetubuhi.

3. Sunat: Jika suami tidak dapat menyempurnakan nafkah batin.

4. Makruh: Boleh menjadi haram jika menceraikan isteri tanpa sebab yang munasabah.

Islam menetapkan hanya suami sahaja yang mempunyai kuasa untuk menjatuhkan talaq. Walaubagaimanapun, isteri juga diberikan hak untuk memohon cerai dengan cara fasakh atau khul‘ (tebus talaq).

Post a Comment

1 Comments

Unknown said…
Nasihat yg baik dan wajar diambil pengajaran buat yg sedang..mahu ..telah..akan..manikah..
Semoga berbahagia..dan redha selalu..